Senin, 16 Juli 2012

Tekhnik olah data penelitian

I. Teknik Analisis Data A. Teknik Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka di lakukan pengolahan data melalui tahapan sebagai berikut : 1. Editing data Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data kepada para responden. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini dilakukan terhadap kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, dan relevansi jawaban. 2. Coding Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda / kode pada masing – masing jawaban. Kode pada variabel contoh : Usia Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan : < 20 tahun 1. : SD/SMP 1. : Bekerja 1. : 76-100 % : 20-35 tahun 2. : SMA 2. : Tidak Bekerja 2. : 56-75 % : > 35 tahun 3. : PT 3. : < 56 % Paritas Pemilihan KB suntik 1. : < 2 1. : Memilih 2. : 2 2. : Tidak Memilih 3. : >2 Score Setelah data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa, kemudian dilakukan tabulasi data dan diberi skor. Nilai maksimal untuk setiap pertanyaan tentang pengetahuan KB suntik Benar = 1, Salah = 0. Untuk pemilihan KB Suntik 3 bulan Jika jawaban A nilai : 1, jika jawaban B nilai : 0. 3. Tabulating Yaitu kegiatan untuk meringkas data yang masuk (data mentah) ke dalam tabel – tabel yang telah di pisahkan. Proses ini meliputi: Mempersiapkan tabel dengan kolom yang barisnya cermat sesuai kebutuhan. Menghitung banyaknya frekuensi untuk setiap kategori jawaban hasil kuesioner yang telah diisi, tabulasi dan diberi skor yaitu contoh: Yang menjawab sesuai dengan kunci jawaban diberi skor 1 Yang menjawab tidak sesuai dengan kunci jawaban diberi skor 0 Berdasarkan skor tabulasi kemudian di prosentasikan dengan menggunakan rumus : P= x/(y )×100% Keterangan : P = Prosentase x = Jumlah jawaban yang benar dipilih responden y = jumlah seluruh jawaban Hasil diprosentasikan dengan cara pemberian skor dan diintrepretasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut contoh pengetahuan: Pengetahuan baik = 75%-100% Pengetahuan cukup = 56 % - 75% Pengetahuan kurang = < 56 % (Nursalam, 2011) 4. Entry Data Data entry berkaitan dengan memasukkan (input) data ke dalam program komputer. Setelah seluruh data yang dikumpulkan dari angket atau kuesioner diberi kode, kemudian memasukkan data-data tersebut dengan menggunakan program SPSS Windows ver. 16.0 atau yang lebih sederhana dengan program Excell dari Microsoft Office. 5. Penyajian Data Adalah memberikan informasi dan memudahkan interpretasi hasil analisis. Dalam penelitian ini tabel frekuensi menginformasikan hasil penelitian yang didapat sedangkan interpretasi tabel menurut Arikunto (2009) adalah sebagai berikut : Seluruh : 100 % Hampir seluruh : 76 – 99 % Sebagian besar : 51 – 75 % Setengahnya : 50 % Hampir setengahnya : 26-49 % Sebagian kecil : 1 – 25 % Tidak satupun : 0 % 6. Cleaning (Pembersihan Data) Data yang telah dimasukkan diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data telah bersih dari kesalahan, baik pada waktu pengkodean maupun pada waktu membaca kode sehingga siap di analisa.

Jumat, 19 Agustus 2011

LAPORAN PENDAHULUAN PADA IBU INPARTU
DENGAN
Fase Laten Memanjang

OLEH
NOVITA ROHMAWATI


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
POLTEKKES MAJAPAHIT
MOJOKERTO 2011


Definisi Fase Laten Memanjang
Menurut Sarono Prawirohardjo dalam buku pelayanan maternal dan neonatal fase laten memanjang adalah suatu keadaan pada kala I dimana pembukaan serviks sampai 4 cm dan berlangsung lebih dari 8 jam.

Etiologi
Menurut Rustam Mochtar (Sinopsis Obstetri) pada dasarnya fase laten memanjang dapat disebabkan oleh :
1. His tidak efisien (adekuat)
2. Tali pusat pendek
3. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
4. Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah masuk dalam persalinan (inpartu) atau belum
Faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.

Penilaian Klinis
Menurut Sarwono Prawirohardjo menentukan keadaan janin :
Periksa DJJ selama atau segera setelah His. Hitung frekuensinya sekurang-kurangnya 1 x dalam 30 menit selama fase aktif dan tiap 5 menit selama fase laten kala II.
Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah, pikiran kemungkinan gawat janin
Jika tidak ada ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah, pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang mungkin juga menyebabkan gawat janin. Perbaiki keadaan umum dengan memberikan dukungan psikologis. Berikan cairan baik secara oral atau parenteral dan upayakan BAK.
Bila penderita merasakan nyeri yang sangat berat berikan analgetik
Diagnosis
Menurut Suprijadi dalam buku asuhan intrapartum pada fase laten memanjang ini memungkinkan terjadinya partus lama. Maka dari itu bidan harus bisa mengidentifikasi keadaan ini dengan baik.

Diagnosa partus lama ialah :
Tanda dan Gejala Diagnosa
1. Serviks tidak membuka
Tidak didapatkan his/his tidak teratur Belum inpartu
2. Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur Fase laten memanjang
3. Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada partograf
a. Frekuensi his kurang dari 3 x his per 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik
b. Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju, sedangkan his baik
c. Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tak maju dengan caput, terdapat moulase hebat, oedema serviks, tanda ruptura uteri imins, gawat janin Fase aktif memanjang
4. Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tidak ada kemajuan penurunan Kala II lama

Kekeliruan melakukan diagnosa persalinan palsu menjadi fase laten menyebabkan pemberian induksi yang tidak perlu yang biasanya sering gagal. Hal ini menyebabkan tindakan operasi SC yang kurang perlu dan sering menyebabkan amnionitis. Oleh sebab itu maka petugas kesehatan atau bidan harus benar-benar tahu atau paham tentang perbedaan persalinan sesungguhnya dan persalinan palsu yaitu dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Persalinan sesungguhnya
a. Serviks menipis dan membuka
b. Rasa nyeri dengan internal teratur
c. Internal antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
d. Waktu dan kekuatan kontraksi bertambah
e. Rasa nyeri berada dibagian perut bagian bawah dan menjalar ke belakang
f. Dengan berjalan menambah intensitas
g. Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas rasa nyeri
h. Lendir darah sering tampak
i. Kepala janin terfiksasi di PAP diantara kontraksi
j. Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya
k. Ada penurunan kepala bayi

2. Persalinan Semu
a. Tidak ada perubahan serviks
b. Rasa nyeri tidak teratur
c. Tidak ada perubahan internal antara nyeri yang satu dan yang lain
d. Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
e. Kebanyakan rasa nyeri dibagian depan saja
f. Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
g. Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas rasa nyeri
h. Tidak ada lendir darah
i. Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
j. Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi
k. Pemberian obat yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan

Penatalaksanaan
1. Penanganan secara umum (menurut Sarwono Prawirohardjo)
a. Nilai secara cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk tanda-tanda vital dan tingkat hidrasinya. Apakah ia kesakitan dan gelisah, jika ya pertimbangkan pemberian analgetik.
b. Tentukan apakah pasien benar-benar inpartu
c. Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah O2 ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan dan mengedan dengan tidak menahan napas terlalu lama
d. Perhatikan DJJ

2. Penanganan secara khusus
Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan, lakukan pemeriksaan dengan jalan penilaian ulang serviks :
Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu
Bila ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostoglandin. Lakukan drip oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai His adekuat (maksimum 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin. Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin lakukan seksio sesarea.
Pada daerah yang prevelensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh, selama pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penularan HIV
Bila didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes permenit setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes/menit atau diberikan preparat prostaglandin, serta berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan yaitu amplisilin 29 gr IV. Sebagai dosis awal dan 1 gr IV setiap 6 jam ditambah dengan gestamisin setiap 24 jam.
Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca persalinan
Jika dilakukan seksiosesarea, lanjutkan antibiotika ditambah metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam.



Kamis, 23 Juni 2011

LAPORAN PENDAHULUAN
KEHAMILAN DENGAN DEPRESI












DISUSUN OlEH :
Novita Rohmawati





PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2011




KEHAMILAN DENGAN DEPRESI


1. PENGERTIAN
Depresi adalah gangguan mood (perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan), kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berfikir, berperasaan, dan berprilaku). (Philip c.rice 1992 )
Menurut para ahli, berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan selama 20 tahun, para ahli menemukan anak yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami depresi berat selama kehamilan akan memiliki kadar hormone stres tinggi, aktivitas otak yang peka terhadap depresi, menunjukkan sedikit ekspresi, dan mengalami gejala depresi lain, seperti sulit makan dan tidur. Yang berbahaya bila gejala depresi pada bayi baru lahir tidak segera ditangai, anak berkembang menjadi anak yang tidak bahagia. Mereka sulit belajar berjalan, berta badan kurang, dan tidak responsif terhadap orang lain. Bila keadaan ini tetap tidak tertanggulangi, anak akan tumbuh menjadi balita yang depresi. Saat mulai sekolah mereka mengalami. Makanya, ibu dan anak mengalami depresi harus mendapatkan pertolongan para profesional. Berkonsultasilah dengan dokter anak dan psikolog anak. Makin cepat pertolongan diberikan makin besar kemungkinan anak akan tumbuh normal. Terapi lainnya, seperti pijat, juga terbukti baik untuk mengatasi depresi, baik bagi anak maupun ibu. Tapi, ini pun harus dengan pengawasan dari dokter. Yang penting, upaya penyembuhan ini harus dilakukan pada ibu dan bayi. Jangan hanya bayi yang diterapi, sementara ibu dibiarkan makin terpuruk dalam depresi atau sebaliknya. Ibu dan bayi harus bekerja sama untuk mengatasi depresinya. Ayah juga harus berperan aktif dalam membantu penyembuhan orang-orang terdekat ini. Itulah sebabnya, saat ini, peran suami terhadap ibu yang sedang mengandung dan setelah melahirkan amat besar. Ibu hamil harus mendapatkan dukungan yang sebesar-besarnya dari suami. Dukungan suami ini bisa ditunjukkan dengan berbagai cara, seperti memberi ketenangan kepada istri, membantu sebagian pekerjaan istri atau bahkan sekadar memberi pijatan ringan bila istri merasa pegal. Diharapkan, dengan dukungan total dari suami, istri dapat melewati masa keamilannya dengan perasaan senang dan jauh dari depresi. Pada saat bayi yang ditunggu sudah lahir, peran suami yang sekarang telah menjadi seorang ayah tentu diharapkan menjadi semakin aktif. Ayah dan ibu harus berbagi tugas dalam mengasuh dan merawat si kecil. Membuat ibu depresi karena fisiknya belum pulih setelah melahirkan ditambah kelelahan baru merawat bayi.

2. PENYEBAB
2.1 Faktor biologis
sakit, pengaruh hormonal, penurunan berat yg drastis.
2.2 Faktor pikosoial
konflik individual atau interpersonal, masalah kepribadian, masalah keluarga.
2.3 Faktor keturunan

3. GEJALA
3.1 Gejala fisik
Ada beberapa gejala fisik umum yang relatif mudah dideteksi:
3.1.1 Gangguan pola tidur
3.1.2 Menurunya tingkat aktifitas
3.1.3 Menurunya efisiensi kerja
3.1.4 Mudah merasa letih dan sakit
3.2 Gejala psikis
3.2.1 Kehilangan rasa percaya diri
3.2.2 Merasa diri tidak berguna
3.2.3 Perasaan bersalah
3.3 Gejala sosial
Suatu perasaan sedih yang sangat medalam yang biasa terjadi karena suatu peristiwa

4. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
4.1. Perubahan hormon yang memengaruhi mood ibu secara keseluruhan sehingga si ibu sering merasa kesal, jenuh, atau sedih
4.2. Keadaan fisik yang berubah saat hamil.
Menjelang usia kehamilan tertentu, ibu mengalami sulit tidur. Ini tentu menyebabkan si ibu keesokan harinya akan merasa amat letih, ada lingkaran hitan di mata, dan kulit muka menjadi kusam. Adanya masalah-masalah pada kandungan seperti kandungan lemah, sering muntah pada awal kandungan, dan masalah-masalah lain juga bisa menyebabkan depresi. Ibu akan terus-menerus mengkhawatirkan keadaan anak dan ini akan membuat dia merasa tertekan.

5. THERAPI
Penggunaan antidepresan selama kehamilan dapat menimbulkan resiko pada bayi , tetapi berhenti menggunakannya mungkin dapat memberi resiko pada sang ibu. Temukan jawaban dari pertanyaan- pertanyaan seputar antidepresan dan kehamilan. Antidepresan merupakan cara pertama penanganan untuk hampir semua jenis depresi. Antidepresan dapat menolong meredakan gejala depresi. Tetapi lain halnya bila anda hamil atau sedang mempertimbangkan untuk hamil. Ini adalah apa yang anda perlu tau tentang antidepresan dan kehamilan. Bagaimana kehamilan mempengaruhi depresi? Hormon kehamilan pernah dianggap melindungi perempuan dari depresi, tetapi peneliti sekarang menganggap itu tidak benar. Faktanya adalah 10 persen dari perempuan depresi selama kehamilan. Meski kehamilan tidak membuat depresi lebih parah, kehamilan sering kali memicu perubahan emosi yang kadang lebih sulit diatasi daripada depresi.
5.1. Antidepresan merupakan pilihan selama kehamilan
Sedikit pengobatan yang terbukti aman digunakan selama kehamilan. Meskipun beberapa antidepresan tidak dihubungkan dengan resiko peningkatan cacat lahir atau perkembangan yang terganggu, termasuk fluoxetine (Prozac, Sarafem, lainnya), sertraline (Zoloft) dan bupropion (Wellbutrin) . Dengan penelitian lebih lanjut lebih banyak mengenai obat antidepresi, risiko dan keuntungan menggunakan obat selama kehamilan harus ditimbang dengan cermat.
5.2. Beberapa tipe antidepresan
Sejauh ini, bupropion (Wellbutrin) tidak dihubungkan dengan resiko perkembangan bayi. Tetapi peneliti telah mengidentifikasi berbagai resiko dengan berbagai antidepresan. Contohnya:
5.2.1 Paxil. Paroxetine (Paxil) telah dikaitkan dengan kerusakan jantung
bawaan saat digunakan selama tiga bulan pertama masa kehamilan.
5.2.2 Inhibitor Reuptake Selektif Serotonin lain (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI). Penggunaan SSRI — termasuk citalopram (Celexa), fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil) dan sertraline (Zoloft) — di tengah hingga akhir kehamilan dapat meningkatkan resiko yang jarang namun serius yaitu masalah paru-paru yang disebut persistent pulmonary hipertensi dari bayi yang baru lahir. Kondisi ini timbul saat sistem sirkulasi dari bayi yang baru lahir tidak beradaptasi untuk bernafas diluar rahim.
5.2.3 Antidepresan trisiklik. Antidepresan ini— termasuk amitriptilin dan nortriptilin (Aventyl, Pamelor) — umumnya are generally discouraged during pregnancy in favor of newer, more effective medications. Resiko potensial dari antidepresan trisiklik pada bayi termasuk kerusakan dari sistem syaraf pusat, cacat atau pertumbuhan yang terganggu.
5.2.4 Resiko lain untuk bayi
Bila anda menggunakan antidepresan SSRI selama kehamilan atau selama tri semester ketiga, bayi anda mungkina akan mengalami gejala sementara — termasuk kejang, masalah pencernaan, tidur yang terganggu dan tangisan yang sangat keras.
5.2.5 Resiko menghentikan penggunaan antidepresi selama kehamilan
Bila anda berhenti menggunakan antidepresi selama kehamilan, resiko depresi mungkin akan timbul kembali. Faktanya, perempuan hamil yang menggunakan antidepresi beresiko lima kali lebih besar terjadi depresi kembali daripada perempuan yang melanjutkan penggunaan obat. Penghentian SSRI secara tiba-tiba dapat menyebabkan dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk:
• Sakit kepala
• Mual dan muntah
• Kedinginan
• Pusing
• Lelah
• Insomnia
• Lekas marah

6. EVALUASI
Apabila anda mengalami depresi dan sedang atau mempertimbangkan untuk hamil, konsultasikan kepada dokter. Kadang kala depresi ringan dapat diatasi dengan konseling atau terapi. Bila depresi anda berat dan pernah mengalami depresi sebelumnya, resiko untuk kambuh menjadi lebih besar daripada resiko yang berhubungan dengan antidepresan.
Memang bukan keputusan yang mudah. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapat informasi yang dapat memberi anda dan bayi anda kesempatan terbaik untuk kesehatan jangka panjangnya.
LAPORAN PENDAHULUAN
KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG












Oleh :

1. Novita Rohmawati (09002182)




LANDASAN TEORI
HAMIL DENGAN PENYAKIT JANTUNG

1. Pengertian
Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada sistem kardiovaskuler. Wanita dengan penyakit kardiovaskuler dan menjadi hamil, akan terjadi pengaruh timbal balik yang dapat merugikan kesempatan hidup wanita tersebut.
Pada kehamilan dengan jantung normal, wanita dapat menyesuaikan kerjanya terhadap perubahan-perubahan secara fisiologis.

Perubahan tersebut disebabkan oleh :
a) Hipervolemia: dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai puncaknya pada 28-32 minggu lalu menetap.
b) Jantung dan diafragma terdorong ke atas oleh karena pembesaran rahim.

Dalam kehamilan :
1. Denyut jantung dan nadi: meningkat
2. Pukulan jantung: meningkat
3. Tekanan darah: menurun sedikit.
Maka dapat dipahami bahwa kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung bahkan dapat menyebabkan payah jantung (dekompensasi kordis). Frekuensi penyakit jantung dalam kehamilan berkisar antara 1-4%. Penyakit yang paling banyak dijumpai adalah penyakit hipertensi, tirotoksikosis, dan anemia.



Pengaruh kehamilan terhadap penyakit jantung, saat-saat yang berbahaya bagi penderita adalah :
1. Pada kehamilan 32-36 minggu, dimana volume darah mencapai puncaknya (hipervolumia).
2. Pada kala II, dimana wanita mengerahkan tenaga untuk mengedan dan memerlukan kerja jantung yang berat.
3. Pada Pasca persalinan, dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang sudah lahir, sekarang masuk ke dalam sirkulasi darah ibu.
4. Pada masa nifas, karena ada kemungkinan infeksi

2. Patofisiologi
Wanita normal yang mengalami kehamilan akan mengalami perubahan fisiologik dan anatomik pada berbagai sistem organ yang berhubungan dengan kehamilan akibat terjadi perubahan hormonal di dalam tubuhnya, Perubahan yang terjadi dapat mencakup sistem gastrointestinal, respirasi, kardiovaskuler, urogenital, muskuloskeletal dan saraf Perubahan yang terjadi pada satu sistem dapat saling memberi pengaruh pada sistem lainnya dan dalam menanggulangi kelainan yang terjadi harus mempertimbangkan perubahan yang terjadi pada masing-masing sistem, Perubahan ini terjadi akibat kebutuhan metabolik yang disebabkan kebutuhan janin, plasenta dan rahim.
Adaptasi normal yang dialami seorang wanita yang mengalami kehamilan termasuk sistem kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari gejala penyakit jantung. Keadaan ini yang menyebabkan beberapa kelainan yang tidak dapat ditoleransi pada saat kehamilan. Pada wanita hamil akan terjadi perubahan hemodinamik karena peningkatan volume darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak trimester pertama dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu dan menetap sampai aterm. Sebagian besar peningkatan volume darah ini menyebabkan meningkatnya kapasitas rahim, mammae, ginjal, otot polos dan sistem vascular kulit dan tidak memberi beban sirkulasi pada wanita hamil yang sehat. Peningkatan volume plasma (30-50%) relatif lebih besar dibanding peningkatan sel darah (20-30%) mengakibatkan terjadinya hemodilusi dan menurunya konsentrasi hemoglobin. Peningkatan volume darah ini mempunyai 2 tujuan yaitu pertama mempermudah pertukaran gas pernafasan, nutrien dan metabolik ibu dan janin dan kedua mengurangi akibat kehilangan darah yang banyak saat kelahiran.
Peningkatan volume darah ini mengakibatkan cardiac output saat istirahat akan meningkat sampai 40%. Peningkatan cardiac output yang terjadi mencapai puncaknya pada usia kehamilan 20 minggu. Pada pertengahn sampai akhir kehamilan cardiac output dipengaruhi oleh posisi tubuh. Sebagai akibat pembesaran uterus yang mengurangi venous return dari ekstremitas bawah.

3. Diagnosisa
a. Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG sangat aman dan dapat membantu menjawab pertanyaan rang spesifik. Kehamilan dapat menyebabkan interpretasi dari variasi gelombang ST-T lebih sulit dari yang biasa, Depresi segmen ST inferior sering didapati pada wanita hamil normal. Pergeseran aksis QRS kekiri sering didapati, tetapi deviasi aksis kekiri yang nyata (-30°) menyatakan adanya kelainan jantung.
b. Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi, termasuk Doppler sangat aman dan tanpa risiko terhadap ibu dan janin. Pemeriksaan tranesofageal ekokardiografi pada wanita hamil tidak dianjurkan karena risiko anestesi selama prosedur pemeriksaan radiografi. Semua pemeriksaan radiografi harus dihindarkan terutama pada awal kehamilan. Pemeriksaan radiografi mempunyai risiko terhadap organogenesis abnormal pada janin, atau malignancy pada masa kanak-kanak terutama leukemia. Jika pemeriksaan sangat diperlukan sebaiknya dilakukan pada kehamilan lanjut, dosis radiasi seminimal mungkin dan perlindungan terhadap janin seoptimal mungkin.
c. Radionuklide
Beberapa pemeriksaan radionuklide akan mengikat albumin dan tidak akan mencapai fetus, pemisahan akan terjadi dan eksposure terhadap janin mungkin terjadi. Sebaiknya pemeriksaan ini dihindarkan. Adakalanya pemeriksaan ventilasi pulmonal/perfusi scan atau scan perfusi miokard thallium diperlukan saat kehamilan. Diperkirakan eksposur terhadap fetua rendah.
d. Magnetic Resonance Imaging
Meskipun tidak tersedia informasi mengenai keamanan prosedur MRI pada evaluasi wanita hamil dengan kehamilan, dilaporkan tidak didapati efek fetal yang merugikan bila digunakan pada tujuan yang lain. Pemeriksaan ini mesti dihindarkan pada wanita dengan implantasi pacu jantung atau defibrillator.

4. Klasifikasi
Klasifikasi tidak hanya didasarkan gejala klinis. Klasifikasi berikut didasarkan pada Disability yang lampau dan sekarang serta tidak dipengaruhi oleh tanda-tanda fisik :
1) Kelas I
Tidak teganggu (Uncompromised), pasien dengan penyakit jantung dan tidak ada pembatasan dalam aktivitas fisik. Mereka tidak memperlihatkan gejala insufisiensi jantung atau merasakan nyeri angina.

2) Kelas II
Agak terganggu (Slightly compromised) : Pasien dengan penyakit jantung dan sedikit pembatasan aktivitas fisik. Pada wanita ini merasa tidak nyaman (Discomfort) dalam bentuk rasa lelah berlebihan, palpitasi, dispnea, atau nyeri angina.
3) Kelas III
Jelas terganggu ( Markedly Compromised) : Pasien dengan pembatasan penyakit jantung dan pembatasan nyata aktifitas fisik. Mereka nyaman dalam keadaan istirahat, tetapi aktivitas yang kurang dari biasa menyebabkan rasa tidak nyaman berupa kelelahan berlebihan, palpitasi, dispnea, atau nyeri angina.
4) Kelas IV
Terganggu parah (Severely Compromised) : Pasien dengan penyakit jantung dan tidak mampu melakukan aktifitas fisik apapun tanpa merasa tidak nyaman. Gejala insufisiensi jantung atau angina dapat timbul bahkan dalam keadaan istirahat, dan apabila mereka melakukan aktifitas fisik apapun, rasa tidak nyaman bertambah.

Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan :
1) Dapat terjadi abortus.
2) Prematuritas
3) Dismaturitas
4) Lahir dengan Apgar rendah atau lahir mati.
5) Kematian janin dalam rahim (KJDR).



5. Penatalaksanaan Pada Kehamilan
a) Memberikan pengertian kepada ibu hamil untuk melaksanakan pengawasan antenatal yang teratur.
b) Kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau kardiolog.
c) Pencegahan terhadap kenaikan berat badan dan retensi air yang berlebihan. Jika terdapat anemia, harus diobati.
d) Timbulnya hipertensi atau hipotensi akan memberatkan kerja jantung, hal ini harus diobati.
e) Bila terjadi keluhan yang agak berat, seperti sesak napas, infeksi saluran pernapasan, dan sianosis, penderita harus dirawat di rumah sakit.
f) Skema kunjungan antenatal: setiap 2 minggu menjelang kehamilan 28 minggu dan 1 kali seminggu setelahnya.
g) Harus cukup istirahat, cukup tidur, diet rendah garam, dan pembatasan jumlah cairan.

Pengobatan khusus bergantung pada kelas penyakit Jantung:
a. Kelas I
Tidak memerlukan pengobatan tambahan.
b. Kelas II
Biasanya tidak memerlukan terapi tambahan. Mengurangi kerja fisik terutama antara kehamilan 28-36 minggu.
c. Kelas III
Memerlukan digitalisasi atau obat lainnya. Sebaiknya dirawat di rumah sakit sejak kehamilan 28-30 minggu.
d. Kelas IV
Harus dirawat di rumah sakit dan diberikan pengobatan, bekerjasama dengan kardiolog.

Pada Persalinan
Penderita kelas I dan kelas II biasanya dapat meneruskan kehamilan dan bersalin per vaginam, namun dengan pengawasan yang baik serta kerjasama dengan ahli penyakit dalam.
a. Bila ada tanda-tanda payah jantung (dekompensasi kordis) diobati dengan digitalis. Memberikan sedilanid dosis awal 0,8 mg dan ditambah sampai dosis 1,2-1,6 mg intravena secara perlahan-lahan. Jika perlu, dapat diulang 1-2 kali dalam dua jam. Di kamar bersalin harus tersedia tabung berisi oksigen, morfin, dan suntikan diuretikum.

b. Kala II yaitu kala yang kritis bagi penderita. Bila tidak timbul tanda-tanda payah jantung, persalinan dapat ditunggu, diawasi dan ditolong secara spontan. Dalam 20-30 menit, bila janin belum lahir, kala II segera diperpendek dengan ekstraksi vakum atau forseps. Kalau sosio sesarea dengan lokal anestesi/lumbal/kaudal di bawah pengawasan beberapa ahli multidisiplin.
c. Untuk menghilangkan rasa sakit boleh diberikan obat analgesik seperti petidin dan lain-lain. Jangan diberikan barbiturat (luminal) atau morfin bila ditaksir bayi akan lahir dalam beberapa jam.
d. Kala II biasanya berjalan seperti biasa. Pemberian ergometrin dengan hati-hati, biasanya sintometrin intramuskuler adalah aman.
Penderita kelas III dan IV tidak boleh hamil karena kehamilan sangat membahayakan jiwanya. Bila hamil, segera konsultasikan ke dokter ahli atau sedini mungkin abortus buatan medikalis. Pada kasus tertentu tubektomi. Bila tidak mau sterilisasi, dianjurkan memakai kontrasepsi yang baik adalah IUD (AKDR). Penatalaksanaan kelas III dan IV, pada penyakit yang tidak terlalu parah, dianjurkan analgesia epidural. Kelahiran pervaginam dianjurkan pada sebagian besar kasus yang ada indikasi obstetrinya. Keputusan untuk melakukan SC juga harus mempertimbangkan penyakit jantung spesifiknya, kondisi ibu keseluruhan, ketersediaan dan pengalaman ahli anestesi, serta fasilitas yang ada.

Pada Masa Nifas
a. Setelah bayi lahir, pederita dapat tiba-tiba jatuh kolaps, yang disebabkan darah tiba-tiba membajiri tubuh ibu sehingga kerja jantung menjadi sangat bertambah. Perdarahan merupakan komplikasi yang cukup berbahaya.

b. Karena itu penderita harus tetap diawasi dan dirawat sekurang-kurangnya 2 minggu setelah bersalin.

Pada masa laktasi
a. Laktasi diperbolehkan pada wanita dengan penyakit jantung kelas I dan II yang sanggup melakukan kerja fisik.
b. Laktasi dilarang pada wanita dengan penyakit jantung kelas III dan IV.

6. Prognosis
a) Bagi ibu
Bergantung pada beratnya penyakit, umur dan penyulit-penyulit lain. Pengawasan pengobatan, pimpinan persalinan, dan kerjasama dengan penderita serta kepatuhan dalam mentaati larangan, ikut menentukan prognosis.
Angka kematian maternal secara keseluruhan : 1-5%
Angka kematian maternal bagi penderita berat : 15%

b) Bagi bayi
Bila penyakit jantung tidak terlalu berat, tidak begitu mempengaruhi kematian perinatal. Namun pada penyakit yang berat, prognosis akan buruk karena akan terjadi gawat janin.
























DAFTAR PUSTAKA

 Hanifa, 2002, Buku Panduan Praktis Maternal dan Neonatal, YBPSP
 Hidayat Wijayanegara,1998, Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, RSHS
 R. Haryono Roeshadi, 2004, gangguan dan Penyulit pada Masa kehamilan
 Sanif Medial , 2008, Pendekatan Klinis penyakit jantung Pada masa Kehamilan.
Berbagai sumber internet. www.BidanShop.blogspot.com

Rabu, 09 Februari 2011

ASKEB Solusio Plasenta

ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN DENGAN
SOLUSIO PLASENTA TERHADAP Ny. “W”
DI RSUD BANGIL
TAHUN 2011




Oleh :


NOVITA ROHMAWATI
NIM. 09002182





















POLITEKNIK KESEHATAN
MAJAPAHIT MOJOKERTO
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
TAHUN 2011
LANDASAN TEORI

Pengertian
Solusio plasenta ialah pelepasan placenta sebelum waktunya dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusito plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam disidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplsenter.
Hematoma dapat semakin membersar kearah pinggir plasenta sehingga jika amniok horion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaiknya apabila amniokhorion tidak terlepas. Perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).

Perdarahan keluar Perdarahan tersembunyi
Keadaan umum penderita relatif lebih baik Keadaan penderita lebih jelak
Plasenta terlepas sebagian atau inkomplit Plasenta terlepas luas, uterus keras/kejang
Jarang berhubungan dengan hipertensi Sering berkaitan dengan hipertensi
Merupakan 80% dari solusio placenta Hanya merupakan 20% dari solusio plasenta
Sering disertai toxaemia
Pelepasan biasanya komplit

(Manuaba, 1999)

Etiologi
Sebab primer solusio plasenta belum jelas tapi diduga bahwa penyebabnya adalah :
Hipertensi assentiaus atau pre eklamsi, dekompresi uterus mendadak
Tali pusat yang pendek, anomali atau tumor uterus defisiensi gizi
Trauma, merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan kokain
Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
Uterus yang sangat mengecil (hydromnion gemeli) obstruksi vena kavo inferior dan vena ovarika
Disamping itu juga ada pengaruh terhadap :
Umur lanjut
Multiparitas
Defisiensi ac. Folicum
Solusio plasenta dimulai dengan perdarahan dalam acidua basalis, terjadilah hematoma dalam acidua yang mengangkat lapisan-lapisan diatasnya. Hematoma ini makin lama makin besar, sehingga bagian plasenta yang terlepas dan tak berfaal. Akhirnya hematoma mencapai pinggir placenta dan mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim.
(Mansjoer, 2001)

Gejala-gejala
Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his
Anemia dan shock : beratnya anemia dan shock sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar
Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus en bois)
Palpasi sukar karena rahim keras
Fundus uteri makin lama makin naik
Bunyi jantung biasanya tidak ada
Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim bertambah)
Sering ada proteinuria karena disertai toxemia
Diagnosis didasarkan atas adanya perdarahan antepartum yang bersifat nyeri, uterus yang tegang dan nyeri setelah plasenta lahir atas adanya impresi (cekungan) pada permukaan maternal placenta akibat tekanan haematoma retroplacentair
Perdarahan dan shock diobati dengan pengosongan rahim segera mungkin hingga dengan kontraksi dan retraksi rahim. Perdarahan dapat terhenti. Persalinan dapat dipercepat dengan pemecahan ketuban dan pemberian infus dengan oxytocin. Jadi pada solusio plasenta pemecahan ketuban tidak dimaksudkan untuk hentikan perdarahan dengan segera seperti pada placenta previa tapi untuk mempercepat persalinan dengan pemecahan ketuban regangan dinding rahim berkurang dan kontraksi rahim menjadi lebih baik, disamping tindakan tersebut transfusi sangat penting (Winkjosastro, 2005).

Terapi
Atasi syok
Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dala 15 menit pertama dan 3 l dalam 2 jam pertama
Berikan transfusi dengan darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulatif

Tatalaksana oliguria atau nekrosis tubuler akut
Tindakan restorasi cairan, dapat memperbaiki hemodinamika dan mempertahankan eksresi sistem urinaria, tetepai bila syok terjadi secara cepat dan telah berlangsung lama (sebelum dirawat), umumnya akan terjadi gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan oliguria (produkdi urin < 30 ml/jam) pada kondisi yang lebih berat dapat terjadi anuria yang mengarah pada nekrosis tubulus renalis. Setelah restorasi cairan dilakukan tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut dengan : Furosemida 40 mg dalam 1 liter krostoloid dengan 40-60 tetes/menit Bila belum berhasil gunakan manital 500 ml dan 40 tetes/menit Atasi hipofibrigonemia Restorasi cairan/darah sesegera mungkin dapat menghindarkan terjadinya koagulopati Lakukan uji beku darah (bedside coagulation test) untuk menilai fungsi pembekuan darah (penilaian tidak langsung kadar ambang fibrinogen)). Carananya sebagai berikut : Ambil darah vena 2 ml masukkan dalam tabung kemudian diobservasi Gangguan bagian tabung yang berisi darah Setelah 4 menit, miringkan tabung untuk melihat lapiran koagulasi dipermukaan, lakukan hal yang sama tiap menit Bila bagian permukaan tidak membeku dalam waktu 7 menit, maka diperkiran titer fibrinogen dianggap di bawah nilai normal (kritis) Bila terjadi pembekuan tipis yang mudah robek bila tabung dimiringkan, keadaan ini juga menunjukan kadar fibrinogen di bawah ambang normal. Bila darah segera tidak dapat segera diberikan, berikan plasma beku segar (15 ml/kg BB) Bila plasma beku segar tidak tersedia, berikan kriopresipatat fibrinogen Pemberian fibrinogen, dapat memperberat terjadinya koagulasi desminato intravaskuler yang berlanjut yang berlanjut dengan pengedapan fibrin, pengendapan fibrin, pembendugan mikrosirkulasi di dalam, di dalam organ-organ vital, seperti ginjal, glandula adrenalis hipofisis dan otak. Bila perdarahan masih berlangsung (koagulatif) dan trombosit di bawah 20.000 berikan konsetra trombosit. Hypofibrinogenemia : coagulopathi ialah kelainan pembekuan darah : dalam ilmu kebidanan paling sering disebabkan oleh solusio plasenta, tapi juga dijumpai pada emboli air ketuban, kematian janin dalam rahim dan perdarahan postpartum. Kadar fibrinogen pada wanita yang hamil biasanya antara 300-700 mg dalam 100 cc. bila kadar fibrinogen dalam darah turun di bawah 100 mg per 100 cc terjadilah gangguan pembekuan darah. Terjadinya hipofibrinogenemia : Fase I : pada pembuluh darah terminal (arteriol, kapiler, vena terjadi pembekuan darah disebut disseminated intravaskuler clotting, akibatnya ialah bahwa peredaran darah kapiler (microcirculasi) terganggu. Jadi pada fase I turunya kadar fibrinogen disebabkan karena pemakaian zat tersebut. Maka fase I disebut juga coagulopatihi consumtif. Diduga bahwa hematom retroplacentair mengeluarkan thtomboplastin yang menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut. Akibat gangguan mikrocirculasi terjadi kerusakan jaringan pada alat-alat yang penting karena hipoxia, kerusakan ginjal menyebabkan oliguri/anuri, akibat gangguan mocrocirculsi ialah shock Fase II : fase regulasi reparatif ialah usaha badan untuk membuka kembali perdarahan. Darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan dengan fibrinolyse. Fibrinolyse yang berlebihan lebih lagi menurunkan kadar fibrinogen hingga terjadi perdarahan patologis Penentuan hypofibrinogenaemi Penentuan fibrinogen secara laboratoris memakan waktu yang lama maka untuk keadaan akut baik dilakukan clot obsevation test. Beberapa CC darah dimasukkan dalam tabung reagens. Darah yang normal membeku dalam 6-15 menit. Jika darah membeku cair lagi dalam 1 jam maka ada aktivitas fibrinolyse (Winkjosastro, 2005). Patofisiologi Terjadinya solusio placenta dipicu oleh perdarahan ke dalam disidua basalis, yang kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada meometrium sehingga terbentuk hematoma disidual yang menyebabkan perlepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran placenta yang berdekatan dengan bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis disidua menyebabkan hematoma retroplacenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan placenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban (Mansjoer, 2001). Pengobatan Umum Pemberian darah yang cukup Pemberian O2 Pemberian antibiotica Pada shock yang berat diberi kortikasteroid dalam dosis tinggi Khusus Teraphy hypoibrinogenemi Subtitusi dengan human fibrinogen 10 gram atau darah segar Menghentikan fibrinolyse dengan trasylol (proteinase inhibitor) 200.000 s IV selanjutnya kalau perlu 100.000 s/jam dalam infus Untuk merangsang diurese : mannit/mannitol Deurese yang baik lebih dari 30-40 cc/jam Obstetris Pimpinan persalinan pada solusio placenta bertujuan untuk mempercepat persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3-6 jam. Alasannya adalah : Bagian placenta yang terlepas meluas Perdarahan bertambah Hypofibrinogenaemi menjelma atau bertambah Tujuan ini dicapai dengan : Pemecahan ketuban : pada solusio placenta tidak bermaksud untuk menghentikan perdarahan dengan segera tetapi untuk mengurangi regangan dinding rahim dan dengan demikian mempercepat persalinan Pemberian infus pitocin ialah 5 c dalam 500 cc glucase 5% SC dilakukan : Kalau cerviks panjang dan tertutup Kalalu setelah pemecahan ketuban dan pemberian oxytocin dalam 2 jam belum pecah juga ada his Hysterektomi dilakukan kalau ada atonia uteri yang berat yang tak dapat diatasi dengan usaha-usaha yang lazim. (Manuaba, 1999) Seksio Sesaria Seksio sesaria dilakukan apabila : Janin hidup dam pembekuan belum lengkap Janin hidup, gawat janin, tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan segera Janin mati pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat Persiapan untuk sesaria cukup dilakukan penanggulangan awal (stabilisasi dan tatalaksana komplikasi) dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan. Hematoma meometrium tidak mengganggu kontraksi uterus Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulang (koagulopatti) (Manuaba, 1999) Partus Pervaginam Partus pervaginam dilakukan apabila : Janin hidup, gawat janin, pembekuan lengkap, dan bagian terendah didasari panggul Janin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm
Pada kasus pertama, amniotomii (bila ketuban belum pecah), kemudian percepat kala II dengan ekstraksi forceps (vakum)
Untuk kasus kedua, lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian akselerasi dengan 5 unit oksitosin dla dekstore 5% atau RL, tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi uterus.
Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan batu terjadi dalam 2-4 hari kemudian)
(Manuaba, 1999)

Manifestasi Klinis
Anamnesis
Perdarahan biasanya pada trimester ke III perdarahan pervaginam berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginam yang banyak, syok, dan kematian janin intrauterin.
Pemeriksaan fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok
Pemeriksaan obstetri
Nyeri tekanan uterus dan tegang, bagian-bagian janin sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai atau tidak ada air ketuban berwarna kemerahan karena bercampur darah.
(Mansjoer, 2001)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Waktu protrombin
Waktu pembekuan
Waktu tromboplastin
Kadar fibrinogen
Elektrolot plasma
KTG untuk menilai kesejahteraan janin
USG untuk menilai letak plasma, usia gestasi, dan keadaan janin.
(Mansjoer, 2001)
ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP Ny. “W”
DENGAN SOLUSIO PLASENTA DI BPS WAHYU NINGSIH
TAHUN 2007

PENGUMPULAN DATA DASAR tanggal 21 Januari 2007 Jam 07.00 WIB
Identitas
Nama : “W” Nama suami : Tn. “R”
Umur : 30 tahun umur : 38 tahun
Suku : Jawa Suku : Lampung
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jl. Kh. Hasim Asari Alamat : Jl. Kh. Hasim Asari
No 5 Mataram Baru No 5 Mataram Baru

Anamnesa
Alasan kunjungan saat ini
Ibu mengatakan hamil anak ke-2 usia kehamilan 9 bulan dengan keluhan nyeri pada bagian perut, perut terasa sesak hanya karena tekanan dan kadang-kadang perutnya tegang.
Riwayat kehamilan ini
Riwayat mentruasi
Menarche : 12 tahun
HPHT : 11-05-2006
TP : 24-02-2007
Siklus : 28 hari
Lamanya : 5-6 hari
Sifat darah : encer bercampur lendir
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
Riwayat persalinan yang lalu
No Tahun Tempat persalinan Usia kehamilan Jenis persalinan Penolong Penyulit kehamilan Jenis kelamin BB PB
1 1998 Rumah 9 bulan Spontan Dukun Tidak ada Perempuan 3500 gram 50 cm

Riwayat kehamilan sekarang
Ibu hamil yang ke-2 usia kehamilan 9 bulan
Ibu mendapatkan imunisasi TT 2 x pada usia kehamilan 5 bulan dan 6 bulan
Selama hamil ibu sering merasa perutnya nyeri, perut terasa sesak karena tertekan dan kadang-kadang perutnya tegang
Ibu periksa 5 x selama hamil di BPS. Wahyuningsih
Riwayat Penyakit
Riwayat kesehatan ibu
Ibu tidak memiliki penyakit keturunan atau penyakit menular lainnya
Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menular atau keturunan serta tidak terdapat riwayat menular atau keturunan serta tidak terdapat riwayat keturunan anak kembar
Riwayat perkawinan
Menikah : 1 kali
Usia saat menikah : 20 tahun
Lama pernikahan : 10 tahun
Pola kebiasaan
Nutrisi
Sebelum hamil : Makan 3 x sehari dengan menu nasi, lauk, sayur, dan buah-buahan ditambah susu, minum 7-8 gelas/hari
Saat hamil : Makan 3 x sehari dengan menu gizi seimbang, nasi, lauk, sayur, dan buah-buahan ditambah susu dan makanan kecil, minum 7-8 gelas/hari

Eliminasi
Sebelum hamil : BAB 1 x setiap hari, BAK 5-6 setiap hari
Saat hamil : BAB 1 x setiap hari, BAK 7-8 setiap hari
Aktivitas
Sebelum hamil : Ibu dapat melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasanya
Saat hamil : Ibu dapat melakukan aktivitas seperti biasa (seperti saat sebelum hamil) tidak pernah terasa lelah
Istirahat dan tidur
Sebelum hamil : 7-8 jam/hari, tidak mengalami kesulitan
Saat hamil : 5-6 jam/hari, kadang-kadang makan terjaga karena ingin BAK
Personal hygiene
Sebelum hamil : mandi dan ganti pakaian 2 kali sehari hygiene terjaga
Saat hamil : mandi dan ganti pakaian 2 x sehari hygiene terjaga
Olah raga
Ibu sering melakukan jalan-jalan pagi setelah hamil tidak pernah
Sexsualitas
Sebelum hamil : hubungan seksualitas dilakukan 2 x 1 minggu
Saat hamil : hubungan seksualitas dilakukan 1 x seminggu
Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik depo progestin
Data Psikologi
Ibu merasa bahagia dengan kehamilannya dan berharap anaknya lahir dengan sehat dan selamat
Data Sosial
Rumah ibu permanen dan lingkungan sekitar baik


Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : baik
Tanda-tanda vital :
TD : 110 /70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37 oC
RR : 20 x/menit
BB sebelum hamil : 53 kg
BB saat hamil : 64 kg
Kenaikan BB : 12 kg
Tinggi badan : 160
Pemeriksaan kebidanan
Inpeksi
Rambut : hitam, bersih, tidak mudah dicabut
Telinga : pendengaran baik, telinga ibu bersih, simetris kanan – kiri
Mata : simetris kanan-kiri, seklera putih, konjungtiva merah muda, refeks pupil baik fungsi penglihatan normal
Hidung : septul masal simetris, tidak ada polips, fungsi penciuman normal
Mulut : tidak terdapat stomatitis, dan caries dentis
Leher : tidak terdapat pembersaran stomatitis, dan caries dentis
Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan pembersaran vena jugularis
Dada : payudara ibu bersih, simetris kanan-kiri, tidak ada kelainan putting susu menonjol, aerola hitam
Perut : perut ibu membesar, terdapat strie gravidarum, tidak terdapa bekas operasi
Genetalita eksterna
Tidak dilakukan pemeriksaan 3 kali ganti celana dalam perhari, tidak ada keputihan dan gatal-gatal
Ekstermitas
Bawah : simetris kanan-kiri, reflek babinski negatif tidak terdapat oedema dan varises
Atas : bentuk simetris kanan-kiri, normal, berfunsi baik, tidak terdapat kelainan
Palpasi
Leopold I : TFU 35 cm, pada bagian fundus teraba keras, bulat, dan melenting bila digoyangkan berarti kepala
Leopold II : pada bagian kiri teraba keras, datar memanjang, berarti punggung
Leopold III : teraba keras, bulat dan kurang melenting berarti kepala, susah digoyangkan, kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : kedua tangan pemeriksa sejajar
Auskultasi : DJJ tidak terdengar (-)
Perkusi : refleks pattela (+), refleks babonski (+)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Haemoglobin : 11 gr%
Protein urine : tidak dilakukan
Reduksi urine : tidak dilakukan

INTERPRESTASI DATA DASAR
Diagnosa
Ibu dengan GIIPIAo hamil 36 minggu, janin tunggal hidup, letak memanjang, intra uterin, posisi punggung kiri dengan presentasi kepala.
Dasar :
Ibu mengatakan hami ke-2
HPHT : 11-05-2006
TP : 24-02-2007
TFU : 35 cm
TBJ : (35-11) x 155 = 3720 gram
Palpasi : pada fundus teraba lunak, tidak melenting, yaitu bokong, bagian kiri ibu terab ada tahanan yang memanjang (PU-KI) sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil yaitu ektermitas.
Asukultasi : DJJ kadang tidak terdengar
Masalah
Gangguan rasa nyaman
Dasar :
Ibu mengatakan merasa nyeri dan kadang-kadang perutnya tertekan dan tegang
Ibu hamil 36 minggu

Kebutuhan
Pemenuhan cairan dan nutrisi
Penyuluhan tentang senam hamil
Ajarkan posisi yang benar pada ibu hamil
Penyuluhan tentang presnatal breast care
Penyuluhan tentang tanda-tanda persalinan
Penyuluhan tentang resiko yang terjadi pada persalinan

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi hipoksia pada bayi dan perdarahan pada ibu

KEBUTUHAN TERHADAP INTERVENSI DAN KOLABORASI SEGERA
Kolaborasi dengan dokter jika diperlukan

PERENCANAAN ASUHAN
Jelaskan keadaan ibu saat ini
Anjurkan ibu untuk melahirkan ditenaga kesehatan atau rumah sakit
Ajarkan pada ibu untuk mengatasi gangguan rasa nyaman
Ajarkan pada ibu untuk senam hamil
Pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu
Jelaskan tentang gizi ibu hamil
Ajarkan cara minum Fe
Jelaskan tanda-tanda persalinan
Cara mengurangi rasa sakit
Jelaskan pengaruh sering BAK adalah normal

IMPLEMENTASI
Menjelaskan pada ibu tentang keadaan kehamilannya saat ini, bahwa keadaan janinnya sehat, letak Puki presentasi kepala, dan anjurkan pada ibu untuk melahirkan ditenaga kesehatan atau rumah sakit. Dan beritahu ibu sekitar 1 minggu lagi ibu akan melahirkan. Bila dalam 1 minggu kedepan belum melahirkan, dianjurkan ibu untuk datang lagi.
menganjurkan pada ibu untuk makan-makan yang bergizi antara lain, nasi, sayur, lauk (misal, tahu, tempe, ikan, telur, hati, daging)
Menganjurkan pada ibu untuk lebih cenderung miring kiri, apabila ibu sedang tidur agar peredarahan ibu lancar
Memberikan pada ibu tablet penambah darah (Fe) dan vitamin C agar diminum bersama-sama satu kali sehari
Mengajarkan pada ibu tentang prental breast care
Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu : sakit dan tegang pada perut dengan jarak 2-5 menit, bila untuk berjalan semakin sakit, kadang-kadang disertai pengeluaran lendir dan vagina berwarna merah muda.

EVALUASI
Ibu mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan
Ibu akan melakukan apa yang dianjurkan
Ibu dapat mengulangi apa yang diajarkan
ibu berjanji akan datang lagi untuk memeriksakan kehamilannya 1 minggu kemudian.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga, Media Aeculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Manuaba, IBG., 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Arcan, Jakarta

Winkjosastro, H., 2005, Ilmu Kandungan Edisi 2 Cetakan Ke-4, YBP-SP, Jakarta

Sabtu, 05 Februari 2011

KUMPPULAN ASKEB: ASKEB NEONATUS

KUMPPULAN ASKEB: ASKEB NEONATUS

ASKEB NEONATUS


1. BATUK-PILEK
Batuk-pilek pada bayi bisa karena banyak faktor. “Sebagian besar penyebabnya virus, yang jenisnya ada ratusan banyaknya. Biasanya sembuh sendiri, kok. Gejalanya, hidung berair, kadang tersumbat, lalu diikuti batuk dan demam.”
Selain virus, batuk-pilek juga bisa karena bakteri. Biasanya disertai panas dan gejalanya lebih berat, yaitu tenggorokan berwarna merah. Harus diberi antibiotik. Jika terus berlanjut, bisa berakibat komplikasi radang telinga tengah. “Namun, sakit telinga tak selalu terjadi pada batuk pilek.”
Jika cairan atau lendir banyak keluar dari hidung bayi dan membuat napas tersumbat, beri obat tetes hidung atau sedot cairan hidung dengan alat khusus. “Yang penting, penyebabnya dulu yang diobati. Karena virus belum ada obatnya, maka pertahanan tubuh si bayi-lah yang harus ditingkatkan.”
Biasanya, batuk-pilek pada bayi terjadi sekitar lima hari. Jika panas tubuh bayi tak turun-turun hingga 2 – 3 hari, segera bawa ke dokter. “Orang tua tak perlu cemas jika bayi batuk-pilek. Jika disertai panas, beri obat panas. Jangan lupa, beri nutrisi yang baik, terutama yang mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan atau jus, minum yang banyak, terutama ASI.”
2. INFEKSI TELINGA
Infeksi telinga dapat disebabkan batuk-pilek oleh virus yang terus-menerus, sehingga virus masuk ke dalam saluran telinga. “Bisa juga karena telinga kemasukan air yang mengandung kuman, sehingga mengakibatkan peradangan saluran telinga tengah.”
Gejalanya, sakit pada telinga dan panas yang tidak turun-turun selama 2 – 3 hari. “Harus segera dibawa ke dokter. Kalau tidak segera ditangani, gendang telinga bayi bisa meradang dan pecah.”
Jika tak diobati, lama-lama radang telinga akan makin parah dan dapat menimbulkan nanah. “Jika nanah pecah, cairan itu akan keluar dari telinga dengan bau yang tidak enak. Efek jangka panjangnya, sistem pendengaran rusak.”
3. DIARE
Seperti halnya batuk-pilek, diare pada bayi juga bisa karena bermacam faktor, dari makanan yang tercemar kuman atau virus, keracunan makanan, sampai alergi susu. Diare pada bayi umumnya dapat dilihat dari jumlah cairan yang keluar melalui buang air besar (BAB) yang lebih banyak dari cairan yang masuk. Frekuensi BAB-nya lebih dari tiga kali sehari. Jadi, harus diberi banyak cairan supaya tidak terjadi dehidrasi.
Pencegahannya, beri bayi minum, misalnya oralit, minuman yang mengandung ion, atau minuman yang mengandung probiotik, seperti yoghurt untuk membantu keseimbangan kuman dalam perut. “Bayi enam bulan sudah boleh, kok, diberi minuman mengandung ion atau probiotik.”
Kusnandi juga menegaskan, obat diare yang paling ampuh bagi bayi sebenarnya ASI, karena mengandung obat anti-virus atau kuman yang dapat mencegah dan mengurangi lamanya penyakit bersarang di dalam tubuh bayi.
Diare yang disertai demam, lanjut Kusnandi, paling sering disebabkan oleh virus. “Semua penyakit karena virus, tidak ada obatnya. Yang penting, meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi kehilangan cairan tubuh dengan banyak-banyak minum, terutama ASI.”
Sementara diare disertai muntah, biasanya disebabkan karena rangsangan ke dalam saluran pencernaan. “Rangsangan itu bisa macam-macam, bisa oleh kuman atau racun zat kimia. Sekali lagi, yang penting adalah memberi minum yang banyak. Bisa juga diberi obat anti muntah oleh dokter,” kata Kusnandi seraya mengingatkan agar orang tua tidak memberi bayi obat pemampat feses atau tinja. “Jika tinja mampat, kuman enggak mati, malah berkumpul di dalam usus. Lebih baik kuman dikeluarkan dulu melalui BAB. Setelah kuman habis, otomatis diare akan berhenti dengan sendirinya,” kata Kusnandi mengingatkan.
4. BATUK PLUS SESAK NAPAS
Pada bayi yang memiliki potensi alergi atau asma, batuk pilek lama-lama bisa menimbulkan sesak napas. “Batuk-pilek ini terjadi akibat kuman yang lama-lama menyebar ke paru-paru. Bisa mengakibatkan gejala radang paru-paru, yaitu sesak napas,” ujar Kusnandi.
Jika sudah menyerang paru-paru, berarti sudah masuk ke tahap serius dan harus betul-betul diobati. “Tanda-tanda sesak napas ini dapat dilihat secara fisik, antara lain bayi bernapas lewat hidung, sehingga cuping hidung kembang-kempis, napasnya cepat, setiap bernapas seperti ada yang menariknya hingga dadanya cekung.”
Penanganan gejala-gejala serius ini harus lebih teliti. Bila perlu dirawat di RS untuk diberi oksigen. “Jika sudah sampai ke tahap serius, tak bisa lagi hanya diberi perawatan di rumah. Bisa bahaya dan harus segera ditolong dokter,” tegas Kusnandi.

5. SAKIT TENGGOROKAN
Sakit tenggorokan pada bayi bisa karena kuman atau virus yang menyerang tenggorokan. “Tanda-tanda fisiknya, tenggorokan berwarna merah, yang dapat terlihat di bagian leher. Bayi juga terlihat seperti kesakitan, rewel, dan biasanya sulit menelan.”
Jika disebabkan virus, biasanya dokter akan memberi obat pengurang rasa sakit, vitamin, dan dianjurkan diberi makan yang banyak, terutama jus buah, sayur bening, dan ASI, agar tubuhnya kembali kuat. Namun jika penyebabnya kuman, dokter akan memberi antibiotik. “Bisa berupa sirup atau puyer. Puyer lebih ekonomis dan dosisnya bisa lebih tepat, karena dihitung per kilogram berat badan bayi. Efektivitasnya, sih, sebenarnya sama saja dengan sirup.”
6. SEMBELIT
Penyebab sembelit bisa karena kurang makan makanan berserat. Oleh karena itu, bayi sebaiknya diberi banyak buah, sayuran, dan ASI. “Berikan puding atau agar-agar, buah-buahan, dan sayuran. Untuk bayi yang belum bisa makan, berilah ASI sebanyak mungkin. Biasanya, bayi yang masih minum ASI jarang sembelit, kecuali bayi yang diberi susu formula. Mungkin susunya kurang cocok.”
Untuk mengatasi sembelit, pilih susu yang cocok. “Sementara dokter biasanya akan memberi obat untuk melancarkan BAB-nya.” Namun, ada juga bayi baru lahir yang tak bisa buang air besar. “Keluhannya, perut kembung dan sering muntah. Itu karena saraf dari usus kurang, sehingga gerak peristaltiknya pun berkurang. Ini penyakit bawaan, harus dioperasi untuk membuang usus yang tidak ada sarafnya. Kasus seperti ini sering terjadi pada bayi baru lahir,” terang Kusnandi.
7. INFEKSI SALURAN KEMIH
Selain sulit BAB, infeksi saluran kemih juga sering terjadi pada bayi yang baru lahir. “Banyak terjadi pada bayi perempuan, karena saluran kemih perempuan lebih pendek dari saluran kemih bayi laki-laki, sehingga kuman lebih gampang masuk ke dalam tubuh. Jika bayi panas tanpa diserta batuk-pilek atau sakit telinga, orang tua harus selalu berpikir bahwa ini bisa saja sakit radang saluran kemih.”
Gejala infeksi saluran kemih hanya panas atau air kencingnya sedikit, dan bayi merasa nyeri di daerah perut atau kesakitan saat buang air kecil/kencing. “Kadang-kadang, radang atau infeksi saluran kemih ini tidak bergejala juga. Buang airnya pun normal. Justru jika gejala tak muncul, sangat berbahaya karena dapat merusak ginjal.” Oleh karena itu, jika bayi demam lebih dari 38,5 0 Celcius, segera periksakan ke dokter.
8. MUNTAH
Muntah atau gumoh disebabkan karena perut bayi yang baru lahir ukurannya masih sangat kecil. “Daya tampungnya masih sedikit. Kalau terlalu banyak diberi susu, dia akan memuntahkan susunya kembali.”
Oleh karena itu, untuk bayi yang diberi susu formula, pada saat disusui, posisi botol susu dan botol harus pas dengan mulutnya agar udara tidak ikut masuk ke dalam mulut bayi. Udara yang ikut masuk ini dapat menyebabkan bayi muntah. Sementara untuk bayi yang disusui ASI, posisi menyusui harus betul dan pas. Usai disusui, gendong bayi dengan posisi seperti berdiri hingga bersendawa. Setelah itu bayi ditidurkan dengan posisi miring ke kiri.
9. ALERGI
Banyak hal yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. “Yang paling sering alergi susu sapi atau susu formula. Jika ibu atau keluarganya punya bakat alergi, bayi pun jadi gampang alergi. Sebagian besar alergi timbul karena makan telur, sea food, dan susu formula.”
Untuk menghindarinya, ibu menyusui sebaiknya menghindari konsumsi makanan alergen seperti telur, kacang-kacangan, sea food, atau makanan pemicu alergi. “Pasalnya, alergi ini dapat langusng terbawa melalui ASI. Dokter biasanya memberikan susu anti-alergi khusus untuk bayi yang memiliki bakat alergi atau alergi pada susu formula. Susu antialergi ini mudah didapat dan sudah banyak dijual, kok.”
10. RUAM POPOK
Usai buang air atau pipis, popok bayi harus segera diganti agar tidak menimbulkan iritasi atau merah-merah pada kulit bayi. Jika kulit bayi mengalami iritasi, kuman akan lebih mudah masuk ke dalam tubuh bayi. Untuk mencegahnya, gantilah popok sesering mungkin dan pakaikan pampers yang dapat menyerap banyak air.
Untuk popok kain, sebaiknya rajin-rajin mencuci popok. “Teknologi sudah semakin canggih, orang kini menciptakan pampers yang dapat menyerap air lebih banyak agar lebih praktis. Namun, bukan berarti bayi harus seharian pakai pampers yang itu-itu terus. Udara juga harus bisa keluar masuk, dong. Hanya saja, kelebihan pampers dapat mengurangi frekuensi pergantian popok, dibandingkan popok kain.”
Pengobatan untuk ruam popok, jika kulit bayi terkena popok basah, dapat diobati dengan memberikan bedak, talek, atau salep. “Tetapi yang paling penting harus sesering mungkin mengganti popok atau pampers. Artinya, kondisi kulit bayi harus tetap dalam keadaan kering.”
WASPADA BILA …
Selain 10 penyakit di atas, ada beberapa tanda pada bayi yang harus diwaspadai dan segera dibawa ke RS, antara lain:
1. Kejang
Jika bayi kejang disertai panas atau tanpa panas, harus segera di bawa ke RS untuk mengetahui penyebab kejangnya. Setiap kejang, akan mengakibatkan terjadinya kerusakan otak, sehingga bayi tidak boleh kejang. Jadi, secepatnya harus diatasi. Jika bayinya kejang disertai demam, orang tua harus selalu membawa obat anti panas dan anti kejang. Karena biasanya sakit kejang ini suka kambuh. Kemana pun si bayi pergi, harus selalu membawa obat anti kejang untuk mencegah kejang. Jangan sampai bayi sering kejang.
Pemicu kejang ini macam-macam, bisa karena proses di kepala atau otak, atau di luar kepala. Kalau di dalam otak atau kepala, kemungkinan ada infeksi di otak atau tumor di otak, dan perdarahan di otak. Tapi yang terjadi di luar otak, bisa karena kekurangan natrium atau garam dan gula, sehingga terjadi gangguan-gangguan elektrolit. Misalnya karena sering diare, atau kejang karena adanya elektrolit atau garam yang keluar dari tubuh.
2. Sesak napas
Jangan sampai bayi Anda sesak napas, apalagi sampai membiru. Itu tandanya si bayi sudah kekurangan oksigen. Oksigen itu terutama dialirkan ke dalam otak dan organ lainnya. Jika bayi Anda sesak napas, secepatnya harus diatasi, apakah sesak itu disebabkan karena sumbatan saluran napas, atau karena infeksi di paru-paru, harus segera diatasi dan dibawa ke dokter.
3. Syok
Tanda-tandanya, denyut nadi tak teraba, muncul keringat dingin, kesadaran berkurang, serta jumlah cairan tubuh berkurang. Penyebab syok pada bayi bermacam-macam juga. Dapat dikarenakan kehilangan cairan tubuh, misalnya demam berdarah, yang mengakibatkan cairan dari dalam darah melalui pembuluh darah keluar menuju jaringan. Bisa juga karena diare dan kekurangan cairan, terjadinya perdarahan, kelainan jantung, atau karena syok lain yang disebabkan karena kesakitan yang biasa dokter sebut dengan neorogenik shock. Perawatannya, harus harus segera diinfus.
4. Tak sadarkan diri
Ini dapat terjadi karena adanya gangguan kesadaran. Setiap ada gangguan kesadaran pada bayi, orang tua harus hati-hati dan harus segera membawanya ke dokter. Ciri-ciri bayi yang tak sadarkan diri, secara fisik dapat terlihat seperti mula-mula setengah sadar, mengacau, panas tinggi, atau mungkin saja langusng tidak sadar. Di cubit pun, tak akan merasakan sakit dan tak tahu apa yang terjadi disekelilingnya.